IAIN Parepare Gelar Wisuda Perdana 537 Sarjana

By Admin


nusakini.com-Parepare--- Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare mewisuda 527 sarjana. Ini merupakan wisuda perdana setelah alih status dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) menjadi IAIN. 

Sidang Senat Terbuka ini berlangsung di Auditorium IAIN Parepare yang sekaligus menandai peresmian penggunaannya. Lebih 2000 peserta hadir, mulai dari civitas akademika, wisudawan dan undangan lainnya. 

“Perguruan tinggi harus merespon globalisasi dan kemajuan teknologi informasi. Perguruan tinggi harus menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas dan kualitas yang tinggi. Anak-anak Indonesia harus dididik menjadi generasi bangsa yang tidak hanya siap mengantisipasi tetapi harus mampu mewarnai dan berkondribusi secara fundamental dalam mengawal kehidupan berbangsa dan bernegara,” terang Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin saat memberikan orasi ilmiah di IAIN Parepare, Kamis (21/02). 

Menurutnya, sarana prasarana IAIN Parepare sudah cukup memadai untuk memperluas akses mahasiswa. Kini, saatnya IAIN Parepare fokus pada upaya pengembangan mutu atau kualitas sumber daya manusia.  

“Saya menargetkan 4 tahun ke depan IAIN Parepare telah melahirkan 5 - 10 guru besar. Oleh karenanya, program akselerasi terkait dengan guru besar ini harus dilakukan secara cepat. Sudah saatnya para dosen disupport untuk melanjutkan studi ke jenjang doktoral,” tantangnya. 

“Jumlah Guru besar dan kualifikasi doktor para dosen merupakan indikator atau ukuran kredibilitas dari sebuah perguruan tinggi. Rektor dan Ditjen Pendis akan sediakan berbagai fasilitas agar para dosen dapat segera menuntaskan program studi dotoralnya,” lanjutnya diikuti tepuk tangan para dosen yang hadir.    

Kepada wisudawan dan mahasiswa, Kamaruddin berpesan tentang tantangan bonus demografi. Menurut alumni Rheinischen Friedrich Wilhelms Universitact, Born-Jerman, saat ini jumlah penduduk Indonesia yang berusia muda, di bawah usia 25 tahun akan mencapai 41% atau sekitar 120 juta jiwa. Jika gagal mendidik dan menyiapkan mereka dalam menyongsong revolusi industri generasi 4.0, maka dipastikan Indonesia tidak akan memperoleh deviden demografi. Sebaliknya, bonus demografi justru bisa menjadi musibah.  

“Jika negara ini berhasil menyiapkan generasi muda menjadi generasi yang berkualitas, maka Indonesia akan menjadi negara terkuat ke 6 dunia pada tahun 2045,” ujarnya.  

Terkait itu, perguruan tinggi menjadi kunci. Melalui perguruan tinggi, generasi muda harus menyiapkan dan merintis masa depannya. “Perguruan tinggi harus mendesain proses pembelajaran yang lebih inovatif dan kreatif. Kita ingin memastikan tidak ada alumni yang diwisuda tanpa memiliki kemampuan apa pun ketika kembali pada masyarakat,” tandasnya. (p/ab)